LAPORAN
HASIL PRAKTIKUM PEMBUATAN BATU BATA RINGAN

Disusun oleh :
SHABRINA ULFA TALITHA
KIMIA INDUSTRI 1
PEMERINTAH
KABUPATEN LUMAJANG
DINAS
PENDIDIKAN
SEKOLAH
MENENGAH KEJURUAN (SMK) NEGERI 1 LUMAJANG
BIDANG
KEAHLIAN BISNIS MANEJEMEN, TEKNOLOGI INFORMATIKA KOMUNIKASI DAN TEKNOLOGI
REKAYASA
Jalan
HOS Cokroaminoto No. 161 Telp. (0334) 881866 Fax. (0334) 881866
LUMAJANG
67311
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT karena
dengan rahmat dan karunianya, saya masih di beri kesempatan untuk menyelesaikan
materi ini. Tidak lupa saya ucapkan terimakasih kepada guru pembimbing yang
telah memberikan kepercayaan kepada saya
dalam menyelesaikan laporan ini, serta teman – teman yang memberikan dukungan
baik berupa moral maupun moril dalam penyelesaian laporan ini.
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih
banyak terdapat kekurangan dan kesalahan, karena sesungguhnya inilah
keterbatasan ilmu yang saya miliki dan kami juga hanyalah manusia biasa. Tak
ada manusia yang luput dari kesalahan, begitupula dengan saya, karena
kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT. Maka dari itu saran dan kritik dari
pembaca sangat saya harapkan demi kelancaran dalam pembuatan laporan berikutnya
dan juga untuk menambah wawasan saya dan semoga dengan selesainya laporan ini
dapat bermanfaat bagi saya dan juga bagi para pembaca serta teman – teman pada
umumnya.
Lumajang, 05 Desember 2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Bata
ringan adalah batu bata yang memiliki berat jenis lebih ringan daripada bata
pada umumnya. Bata ringan dikenal ada 2 (dua) jenis: Autoclaved Aerated Concrete
(AAC) dan Cellular Lightweight Concrete (CLC). Keduanya didasarkan pada gagasan
yang sama yaitu menambahkan gelembung udara ke dalam mortar akan mengurangi
berat beton yang dihasilkan secara drastis. Perbedaan bata ringan AAC dengan
CLC dari segi proses pengeringan yaitu AAC mengalami pengeringan dalam oven
autoklaf bertekanan tinggi sedangkan bata ringan jenis CLC yang mengalami
proses pengeringan alami. CLC sering disebut juga sebagai Non-Autoclaved
Aerated Concrete (NAAC). Beton ringan AAC ini pertama kali dikembangkan di
Swedia pada tahun 1923 sebagai alternatif material bangunan untuk mengurangi
penggundulan hutan. Beton ringan AAC ini kemudian dikembangkan lagi oleh Joseph
Hebel di Jerman pada tahun 1943. Di Indonesia sendiri beton ringan mulai
dikenal sejak tahun 1995, saat didirikannya Pabrikasi AAC di Karawang, Jawa
Barat. Bata ringan AAC adalah beton selular dimana gelembung udara yang ada
disebabkan oleh reaksi kimia, adonan AAC umumnya terdiri dari pasir kwarsa,
semen, abu, tepung, air, dan busa sebagai bahan pengembang (pengisi udara
secara kimiawi).
1.2
Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara membuat batu bata
ringan ?
2. Bahan apa sajakah yang diperlukan
untuk membuat batu bata ringan ?
3. Apa kelebihan dari batu bata ringan
?
1.3
Tujuan
1. Untuk mengetahui cara pembuatan batu
bata ringan dan dapat mempraktikannya
sendiri
2. Untuk mengetahui bahan apa saja yang
diperlukan dalam pembuatan batu bata ringan
3. Untuk mengetahui kelebihan dari batu
bata ringan
1.4
Manfaat
Untuk mengetahui cara pembuatan batu
bata ringan yang baik dan benar.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
A. Batu Bata
Bata adalah suatu bahan yang terbuat
dari tanah liat dengan atau tanpa bahan campuran, kemudian dicetak dalam ukuran
tertentu. Berbentuk balok yang dikeraskan melalui pembakaran, sehingga tidak
hancur kembali bila direndam dalam air. Standar ukuran bata di Indonesia adalah
52 mm x
115 mm x 240 mm
50 mm x
110 mm x 230 mm
Penyimpanannya:
pada dasarnya batu dilapangan harus diberi alas agar air dibawahnya tidak
meresap, karena bata mempunyai daya serap yang tinggi. Sebaiknya di atasnya
ditutupi dengan terpal atau plastik agar terlindung dari cuaca yang akan
mengurangi mutu bata itu sendiri. Batu bata harus di susun berselang seling.
Agar tidak pecah atau retak, dari susunan ini yang paling tinggi 2 m, agar bata
yang berada paling bawah tidak pecah.
B.
Pasir
Pasir adalah suatu bahan bangunan
yang berasal dari sungai, gunung, dan juga gilingan batu, pasir merupakan
butiran – butiran mineral atau agregar halus yang mempunyai gradasi maksimal
0-4 mm. Fungsinya pada pasangan sebagai pengisi.
Penyimpanannya: setiap penumpukan
pasir harus diberi alas agar pasir tidak bercampur dengan tanah yang
dibawahnya. Lebih – lebih sewaktu pengambilannya dengan sekop.
C. Semen
Semen adalah bahan perekat utama dalam adukan dan semen
mempunyai sifat membantu kalau terkena air atau udara lembab. Untuk mencegah
terjadinya pengerasan maka semen harus disimpan di dalam ruang khusus serta
tidak perlu ada jendela. Dinding ruangan harus dilapisi dengan kertas aspal dan
lantainya ditinggikan 30 cm dari permukaan tanah agar udara ruangan tidak
lembab. Semen disusun di atas sebuah palet jaraknya dari dinding 50 cm dan
tinggi susunan semen 2 m agar karung paling bawah tidak pecah disebabkan berat
semen di atasnya dan juga muda dalam pengambilannya.
D. Abu
Abu adalah sisa setelah suatu bahan organic terbakar habis.
Abu digunakan untuk menetralkan tanah yang terlalu asam. Bagian tertentu abu
batubara dapat dipulihkan dan digunakan senagai bahan bangunan. Abu sukar
ditangani karena sifat debunya dan sifat mengiritasi kulit.
E. Busa
Busa adalah sebuah substansi yang terbentuk dengan menjebak
banyak sekali gelembung gas dalam benda cair atau padat. Busa dalam kehidupan nyata
biasanya tidak teratur dan memiliki ukuran gelmbung yang bervariasi.
F. Air
Air
yang digunakan untuk pengaturan mortar hendaknya air bersih atau air yang dapat
di minum. Air berfungsi untuk menghomogenkan adukan mortar, merendam bata, dan
membersihkan pasangan sebelum disambung dan lain-lain. Tidak dibenarkan memakai
air yang mengandung minyak, alkali, dan garam untuk mengaduk mortar, sebab ini
akan mengurangi kekuatan pasangan dan jangan memakai air yang mengandung zat
besi atau tingkat keasamannya tinggi.
BAB III
METODELOGI PERCOBAAN
3.1 Alat
dan Bahan
3.1.1
Alat 3.1.2 Bahan
1. Cetakan 1. Pasir
2. Baskom 2. Abu
3. Pengaduk 3. Semen
4. Neraca digital 4.
Sabun
5. Ayakan 5. Air
3.2 Cara
Kerja
1. Buatlah cetakan ukuran 10 x 10 x 10
cm dari kayu
2. Larutkan sabun dalam air agar
diperoleh busa
3. Timbang :
Pasir 400 gr
Abu 150 gr
Semen 300 gr
Campurkan semuanya, aduk, lalu
tambahkan dengan busa.
4. Lihat apabila ada donan tersebut
dibalik tidak jatuh maka adonan sudah jadi, lalu cetak pada cetakan. Letakkan
dibawah sinar matahari kurang lebih 10 jam.
3.3 Diagram Alir
![]() |
|||
![]() |
|||
|
Dilarutkan
![]() |
|
|
|
|
![]() |
![]() |
||||
|
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1
Hasil Pengamatan
No
|
Sebelum dikeringkan
|
Sesudah dikeringkan
|
1
|
Teksturnya lembek
|
Teksturnya mengeras
|
2
|
Kadar air tinggi
|
Kadar air rendah
|
3
|
Tidak mengapung dalam air
|
Mengapung dalam air
|
4.2
Pembahasan
Pada proses pelarutan air dengan
sabun agar didapatkan busa yang banyak sebaiknya pemberian airnya tidak terlalu
banyak . Pemberian busa disini bertujuan untuk membentuk pori pada permukaan
batu bata dan pemberiannya pun harus diperhatikan jangan terlalu banyak karena
jika terlalu banyak adonan akan menjadi lembek. Pasir digunakan pada pembuatan
ini bertujuan untuk membentuk kerangka atau bentuk dari batu bata ini sendiri
yang telah dicetak. Pada pembuatannya sendiri jangan terlalu banyak memberi
pasir agar bata tidak lembek dan fungsi dari pasir ini sendiri hanya sebagai
pengisi saja. Abu digunakan bertujuan
untuk memperingan batu bata yang akan dibuat.
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Dari hasil praktikum ini saya dapat menyimpulkan bahwa bata
ringan diciptakan dengan tujuan memperingan beban struktur dari sebuah bangunan
konstruksi, serta meminimalisasi sisa material yang terjadi pada saat proses
pemasangan dinding berlangsung. Batu bata ringan lebih ringan dari batu bata
biasa sehingga memperkecil beban struktur. Pembuatannya pun tidak memerlukan
waktu yang lama dibanding batu bata biasa.
5.2 Saran
1. Jangan terlalu banyak memberi
komposisi pasir agar batu bata yang dihasilkan tidak lembek karena pasir hanya
berfungsi sebagai pengisi.
2. Jangan terlalu banyak memberi pada
adonan agar tidak terlalu lembek pada proses pencetakannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar