Kamis, 28 April 2016

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM PEMBUATAN BATU BATA RINGAN



LAPORAN
HASIL PRAKTIKUM PEMBUATAN BATU BATA RINGAN





Disusun oleh :

SHABRINA ULFA TALITHA
KIMIA INDUSTRI 1


PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG
DINAS PENDIDIKAN
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) NEGERI 1 LUMAJANG
BIDANG KEAHLIAN BISNIS MANEJEMEN, TEKNOLOGI INFORMATIKA KOMUNIKASI DAN TEKNOLOGI REKAYASA
Jalan HOS Cokroaminoto No. 161 Telp. (0334) 881866 Fax. (0334) 881866
LUMAJANG 67311

2016



KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan karunianya, saya masih di beri kesempatan untuk menyelesaikan materi ini. Tidak lupa saya ucapkan terimakasih kepada guru pembimbing yang telah memberikan  kepercayaan kepada saya dalam menyelesaikan laporan ini, serta teman – teman yang memberikan dukungan baik berupa moral maupun moril dalam penyelesaian laporan ini.
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan, karena sesungguhnya inilah keterbatasan ilmu yang saya miliki dan kami juga hanyalah manusia biasa. Tak ada manusia yang luput dari kesalahan, begitupula dengan saya, karena kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT. Maka dari itu saran dan kritik dari pembaca sangat saya harapkan demi kelancaran dalam pembuatan laporan berikutnya dan juga untuk menambah wawasan saya dan semoga dengan selesainya laporan ini dapat bermanfaat bagi saya dan juga bagi para pembaca serta teman – teman pada umumnya.
Lumajang, 05 Desember 2015 

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Bata ringan adalah batu bata yang memiliki berat jenis lebih ringan daripada bata pada umumnya. Bata ringan dikenal ada 2 (dua) jenis: Autoclaved Aerated Concrete (AAC) dan Cellular Lightweight Concrete (CLC). Keduanya didasarkan pada gagasan yang sama yaitu menambahkan gelembung udara ke dalam mortar akan mengurangi berat beton yang dihasilkan secara drastis. Perbedaan bata ringan AAC dengan CLC dari segi proses pengeringan yaitu AAC mengalami pengeringan dalam oven autoklaf bertekanan tinggi sedangkan bata ringan jenis CLC yang mengalami proses pengeringan alami. CLC sering disebut juga sebagai Non-Autoclaved Aerated Concrete (NAAC). Beton ringan AAC ini pertama kali dikembangkan di Swedia pada tahun 1923 sebagai alternatif material bangunan untuk mengurangi penggundulan hutan. Beton ringan AAC ini kemudian dikembangkan lagi oleh Joseph Hebel di Jerman pada tahun 1943. Di Indonesia sendiri beton ringan mulai dikenal sejak tahun 1995, saat didirikannya Pabrikasi AAC di Karawang, Jawa Barat. Bata ringan AAC adalah beton selular dimana gelembung udara yang ada disebabkan oleh reaksi kimia, adonan AAC umumnya terdiri dari pasir kwarsa, semen, abu, tepung, air, dan busa sebagai bahan pengembang (pengisi udara secara kimiawi).

1.2  Rumusan Masalah
1.      Bagaimana cara membuat batu bata ringan ?
2.      Bahan apa sajakah yang diperlukan untuk membuat batu bata ringan ?
3.      Apa kelebihan dari batu bata ringan ?

1.3  Tujuan
1.      Untuk mengetahui cara pembuatan batu bata ringan  dan dapat mempraktikannya sendiri
2.      Untuk mengetahui bahan apa saja yang diperlukan dalam pembuatan batu bata ringan
3.      Untuk mengetahui kelebihan dari batu bata ringan

1.4  Manfaat
Untuk mengetahui cara pembuatan batu bata ringan yang baik dan benar.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1  Dasar Teori
A.       Batu Bata
Bata adalah suatu bahan yang terbuat dari tanah liat dengan atau tanpa bahan campuran, kemudian dicetak dalam ukuran tertentu. Berbentuk balok yang dikeraskan melalui pembakaran, sehingga tidak hancur kembali bila direndam dalam air. Standar ukuran bata di Indonesia adalah
52 mm x 115 mm x 240 mm
50 mm x 110 mm x 230 mm



Penyimpanannya: pada dasarnya batu dilapangan harus diberi alas agar air dibawahnya tidak meresap, karena bata mempunyai daya serap yang tinggi. Sebaiknya di atasnya ditutupi dengan terpal atau plastik agar terlindung dari cuaca yang akan mengurangi mutu bata itu sendiri. Batu bata harus di susun berselang seling. Agar tidak pecah atau retak, dari susunan ini yang paling tinggi 2 m, agar bata yang berada paling bawah tidak pecah.
B.        Pasir
Pasir adalah suatu bahan bangunan yang berasal dari sungai, gunung, dan juga gilingan batu, pasir merupakan butiran – butiran mineral atau agregar halus yang mempunyai gradasi maksimal 0-4 mm. Fungsinya pada pasangan sebagai pengisi.
Penyimpanannya: setiap penumpukan pasir harus diberi alas agar pasir tidak bercampur dengan tanah yang dibawahnya. Lebih – lebih sewaktu pengambilannya dengan sekop.
C.       Semen
Semen adalah bahan perekat utama dalam adukan dan semen mempunyai sifat membantu kalau terkena air atau udara lembab. Untuk mencegah terjadinya pengerasan maka semen harus disimpan di dalam ruang khusus serta tidak perlu ada jendela. Dinding ruangan harus dilapisi dengan kertas aspal dan lantainya ditinggikan 30 cm dari permukaan tanah agar udara ruangan tidak lembab. Semen disusun di atas sebuah palet jaraknya dari dinding 50 cm dan tinggi susunan semen 2 m agar karung paling bawah tidak pecah disebabkan berat semen di atasnya dan juga muda dalam pengambilannya.
  
D.    Abu
Abu adalah sisa setelah suatu bahan organic terbakar habis. Abu digunakan untuk menetralkan tanah yang terlalu asam. Bagian tertentu abu batubara dapat dipulihkan dan digunakan senagai bahan bangunan. Abu sukar ditangani karena sifat debunya dan sifat mengiritasi kulit.

E.     Busa
Busa adalah sebuah substansi yang terbentuk dengan menjebak banyak sekali gelembung gas dalam benda cair atau padat. Busa dalam kehidupan nyata biasanya tidak teratur dan memiliki ukuran gelmbung yang bervariasi.

F.      Air
Air yang digunakan untuk pengaturan mortar hendaknya air bersih atau air yang dapat di minum. Air berfungsi untuk menghomogenkan adukan mortar, merendam bata, dan membersihkan pasangan sebelum disambung dan lain-lain. Tidak dibenarkan memakai air yang mengandung minyak, alkali, dan garam untuk mengaduk mortar, sebab ini akan mengurangi kekuatan pasangan dan jangan memakai air yang mengandung zat besi atau tingkat keasamannya tinggi.



BAB III
METODELOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat                                                         3.1.2 Bahan
1.   Cetakan                                                        1. Pasir
2.   Baskom                                                        2. Abu
3.   Pengaduk                                                     3. Semen
4.   Neraca digital                                               4. Sabun
5.   Ayakan                                                         5. Air

3.2 Cara Kerja
1.      Buatlah cetakan ukuran 10 x 10 x 10 cm dari kayu
2.      Larutkan sabun dalam air agar diperoleh busa
3.      Timbang :
Pasir 400 gr
Abu 150 gr
Semen 300 gr
Campurkan semuanya, aduk, lalu tambahkan dengan busa.
4.      Lihat apabila ada donan tersebut dibalik tidak jatuh maka adonan sudah jadi, lalu cetak pada cetakan. Letakkan dibawah sinar matahari kurang lebih 10 jam.

3.3 Diagram Alir
 


Cetakan
 
                         Potong ukuran 10 x 10 x 10                                       Tambahkan air
                                                                                                            Dilarutkan
 


Pasir (400 gr)
 
                                                                                             Tambahkan
Batu bata
 
Adonan
 
Semen (300 gr)

 
                                                Timbang, Campur, Aduk                                Keringkan
Abu (150 gr)
 
 



BAB IV
PEMBAHASAN



4.1        Hasil Pengamatan


No
Sebelum dikeringkan
Sesudah dikeringkan
1
Teksturnya lembek
Teksturnya mengeras
2
Kadar air tinggi
Kadar air rendah
3
Tidak mengapung dalam air
Mengapung dalam air



4.2        Pembahasan

Pada proses pelarutan air dengan sabun agar didapatkan busa yang banyak sebaiknya pemberian airnya tidak terlalu banyak . Pemberian busa disini bertujuan untuk membentuk pori pada permukaan batu bata dan pemberiannya pun harus diperhatikan jangan terlalu banyak karena jika terlalu banyak adonan akan menjadi lembek. Pasir digunakan pada pembuatan ini bertujuan untuk membentuk kerangka atau bentuk dari batu bata ini sendiri yang telah dicetak. Pada pembuatannya sendiri jangan terlalu banyak memberi pasir agar bata tidak lembek dan fungsi dari pasir ini sendiri hanya sebagai pengisi saja.  Abu digunakan bertujuan untuk memperingan batu bata yang akan dibuat.


BAB V
PENUTUP
5.1  Kesimpulan
Dari hasil praktikum ini saya dapat menyimpulkan bahwa bata ringan diciptakan dengan tujuan memperingan beban struktur dari sebuah bangunan konstruksi, serta meminimalisasi sisa material yang terjadi pada saat proses pemasangan dinding berlangsung. Batu bata ringan lebih ringan dari batu bata biasa sehingga memperkecil beban struktur. Pembuatannya pun tidak memerlukan waktu yang lama dibanding batu bata biasa.



5.2  Saran

1.      Jangan terlalu banyak memberi komposisi pasir agar batu bata yang dihasilkan tidak lembek karena pasir hanya berfungsi sebagai pengisi.
2.      Jangan terlalu banyak memberi pada adonan agar tidak terlalu lembek pada proses pencetakannya.








 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar